Denpasar |Klungkungnews.com - 2 Juni 2025 – Dalam sebuah pertemuan bersejarah di Jaya Sabha, sebanyak 26 rektor dan pimpinan perguruan tinggi di klungkungnews.com/tag/Bali">Bali berkumpul atas undangan Gubernur klungkungnews.com/tag/Bali">Bali, Wayan Koster. Namun pertemuan ini bukan sekadar rapat koordinasi atau seremoni simbolik. Yang terjadi pagi itu adalah peletakan pondasi awal dari sebuah visi peradaban: “Satu Keluarga, Satu Sarjana.”

Di tengah dunia yang masih dipenuhi ketimpangan akses pendidikan, Program Satu Keluarga Satu Sarjana menjadi terobosan monumental dari klungkungnews.com/tag/Bali">Bali untuk mengikis kebodohan secara sistemik. Gubernur Koster menyadari, membangun klungkungnews.com/tag/Bali">Bali tidak hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga membangun infrastruktur intelektual dan spiritual.

“Ini bukan proyek seremonial, tapi gerakan membangun masa depan klungkungnews.com/tag/Bali">Bali. Kita ingin memastikan bahwa di setiap rumah tangga, sekurangnya ada satu orang berpendidikan tinggi yang dapat menjadi pilar pengetahuan dan perubahan,” tegas Koster dalam pidatonya.

Dari Rumah Pinggir Pantai hingga Lereng Gunung, Sarjana Harus Hadir

Visi ini mengarah pada perubahan sosial jangka panjang. Tak ada lagi keluarga yang terisolasi dari dunia ilmu hanya karena miskin atau tinggal di pelosok. Dari pesisir laut hingga pegunungan, klungkungnews.com/tag/Bali">Bali harus melahirkan sujana – insan cendekia – dari setiap rumah.

Sarjana bukan lagi sekadar gelar akademik, tetapi simbol cahaya dalam kegelapan, penghapus takdir kemiskinan yang diwariskan secara struktural. Dalam narasi kebijakan ini, pendidikan menjadi alat utama menembus batas-batas sosial dan ekonomi.

“Jika satu sarjana lahir hari ini, maka esok akan lahir sarjana kedua, ketiga, dan seterusnya. Ini seperti mata air: mengalir, menghidupkan, dan menyuburkan,” ujar Gubernur Koster, yang dikenal sebagai pemimpin dengan akar kuat di budaya dan spiritualitas klungkungnews.com/tag/Bali">Bali.

Paradoks Pembangunan: Melahirkan Ruang, Bukan Menunggu Tempat

Satu pertanyaan kritis muncul: Akan ke mana para sarjana klungkungnews.com/tag/Bali">Bali setelah mereka lulus? Dunia hari ini tak lagi menjamin ruang kerja bagi setiap lulusan. Tapi Koster dan para pendukung visinya memahami: sarjana sejati tidak menunggu ruang, mereka menciptakannya.

Dari sawah Kalimantan hingga panggung digital global, dari pelabuhan internasional hingga desa terpencil, sarjana klungkungnews.com/tag/Bali">Bali dididik untuk menjadi pionir perubahan, bukan sekadar pencari kerja. Mereka adalah pembuka jalan, pelopor ruang-ruang baru di berbagai lini kehidupan.

Tagel Winarta: Pendidikan Adalah Senjata Paling Kuat

Menanggapi program monumental ini, Drs. I Wayan Tagel Winarta, M.AP, anggota DPRD Provinsi klungkungnews.com/tag/Bali">Bali dari Dapil Gianyar, menyatakan dukungan penuh. Ia menyebut langkah Gubernur Koster sebagai investasi paling strategis dalam membangun peradaban klungkungnews.com/tag/Bali">Bali yang berkelanjutan.

“Pendidikan adalah senjata paling kuat untuk mengubah masa depan. Dengan satu sarjana di setiap rumah, maka kita menciptakan agen perubahan yang mampu memutus mata rantai kemiskinan, kebodohan, dan ketidakberdayaan,” ujar Tagel Winarta.

Ia juga mendorong pemerintah desa, komunitas adat, dan sektor swasta agar bersinergi mendukung program ini secara konkret, baik dari sisi pembiayaan, pendampingan, hingga penciptaan peluang kerja pasca-kampus.

klungkungnews.com/tag/Bali">Bali untuk Dunia: Lentera dari Timur Nusantara

Program Satu Keluarga, Satu Sarjana bukan hanya untuk klungkungnews.com/tag/Bali">Bali. Visi ini adalah lentera dari timur Nusantara yang bisa menjadi inspirasi nasional, bahkan global. Ketika dunia bergulat dengan ketimpangan dan keterbatasan, klungkungnews.com/tag/Bali">Bali justru melangkah dengan keyakinan bahwa perubahan sejati dimulai dari rumah dari keluarga dari ilmu.

Jika kelak setiap rumah di klungkungnews.com/tag/Bali">Bali punya satu sarjana, maka setiap rumah juga punya satu harapan.

“klungkungnews.com/tag/Bali">Bali bukan hanya wilayah geografis. Ia adalah pusat spiritual dan peradaban. Maka tugas kita menjaga sinarnya tetap terang melalui pendidikan, melalui ilmu, melalui generasi yang tercerahkan,” tutup Koster. (TimNewsyess)