Tokoh
Bendesa Adat Sumita Tegaskan: Pacalang Benteng Terakhir Keamanan Bali, Tidak Perlu "Ormas Luar" Masuk Bali
Senin, 12 Mei 2025
Bendesa, adat Sumita
Gianyar | Klungkungnews.com - 12 Mei 2025 — Isu masuknya organisasi masyarakat (ormas) tertentu ke Bali kembali menjadi perhatian sejumlah tokoh adat. Salah satunya adalah Jro Bendesa Adat Sumita, I Nyoman Wira Sugiartha, yang secara tegas menyatakan bahwa keberadaan ormas dari luar Bali,
Saat ditemui Newsyes di Desa Sumita, Gianyar, pada Senin (12/5), Jro Wira menyampaikan keprihatinannya sekaligus penegasan bahwa sistem keamanan di Bali sudah mapan dan berlapis, terutama di tingkat desa adat yang mengandalkan Pecalang sebagai garda terdepan penjaga tatanan tradisi dan ketertiban lokal.
“Kami tidak memerlukan ormas luar masuk ke Bali dengan dalih pengamanan. Di sini, keamanan sudah terjaga rapi, dari tingkat desa adat lewat Pacalang, sampai dinas dengan aparat Satpol PP, polisi, dan TNI,” ujarnya tegas.
Pacalang, Penjaga Adat yang Tangguh
Pecalang, menurut Jro Wira, bukan hanya simbol adat, tetapi merupakan satuan yang berfungsi nyata dalam menjaga keamanan, keteraturan upacara adat, hingga ketertiban sosial di desa. Mereka adalah warga lokal yang paham betul nilai-nilai dan struktur adat yang berlaku di Bali.
“Tidak mungkin pengamanan adat diserahkan kepada orang luar. Pecalang itu tidak terlibat politik, mereka ngayah (mengabdi) murni untuk adat dan masyarakat,” jelasnya.
Di Desa Sumita sendiri, terdapat sekitar 20 Pecalang aktif yang tersebar di banjar-banjar. Meski bekerja tanpa gaji tetap, mereka tetap melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi. Bentuk perhatian biasanya diberikan dalam bentuk bantuan sembako atau uang kecil saat ada kegiatan desa.
Harapan Ada Gaji Bulanan
Jro Wira mengakui bahwa idealnya, Pecalang diberikan insentif tetap sebagai bentuk apresiasi atas peran vital mereka, terlebih karena jumlah desa adat di Bali mencapai 1.500 desa, yang berarti ada lebih dari 25.000 Pecalang aktif di seluruh pulau.
“Kalau bisa ada gaji bulanan dari desa, kabupaten, atau provinsi, itu bentuk penghargaan. Setidaknya ada dana yang dialokasikan dari pendapatan desa maupun dari pemerintah daerah,” katanya.
Ia menambahkan, beberapa bantuan sudah pernah diberikan dari Gubernur Bali sebelumnya berupa gelar kehormatan kepada Pecalang. Namun ke depan, ia berharap ada sinkronisasi lintas jenjang pemerintahan untuk memperkuat fungsi Pecalang dan menolak kehadiran ormas luar yang tidak relevan dengan struktur adat Bali.
Benteng Terakhir Keamanan Budaya
Menurutnya, Pecalang adalah benteng terakhir jika sistem keamanan formal gagal menyaring ancaman terhadap adat dan budaya Bali. Oleh sebab itu, menguatkan peran dan kesejahteraan Pecalang adalah mutlak untuk menjaga jati diri Bali.
“Kalau pusat, provinsi, dan kabupaten bisa ditembus, maka Pecalang adalah lapisan terakhir yang tetap berdiri menjaga desa. Jangan sampai ini tergerus karena kurangnya perhatian,” ujar Jro Wira.
Ia pun menutup wawancara dengan pesan kepada pemerintah pusat dan daerah agar terus bersinergi dalam memperkuat unsur pengamanan lokal, bukan dengan membiarkan organisasi luar mengambil peran yang sudah tertanam kuat dalam struktur masyarakat adat Bali.
“Yang kami harapkan bukan sekadar penolakan terhadap ormas luar, tapi dukungan riil terhadap struktur adat yang sudah ada. Kalau semua unsur ini bersatu, Bali akan tetap kuat, tidak akan bisa ditembus,” pungkasnya. (TimNewsyess)
Penulis : Tim Klungkungnews
Polling Dimulai per 1 Maret 2024
Polling Dimulai per 1 Maret 2024